Penunjuk Waktu

Minggu, 23 Juni 2013

Keunggulan Lulusan Madrasah dibanding Lulusan UMUM

Menyoal Mutu Lulusan
     Mutu lulusan (output), sekolah dan madrasah, merupakan salah satu persoalan yang harus mendapatkan perhatian serius dan kajian mendalam. Hal ini mutlak dilakukan karena mutu lulusan dapat menjadi gambaran dari kulitas sistem Pendidikan dan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang diterapkan oleh Madrasah. Hal ini pun dapat dijadikan benchmark (dasar pijakan) untuk mengambil kebijakan lanjutan dalam perbaikan dan pengembangan mutu Pendidikan dan PBM, baik pada skala Makro (negara), messo (Propinsi dan Kota), muapun mikro (sekolah dan Yayasan).

      Mutu lulusan dari madrasah (sekolah) dapat diukur dalam beberapa indikator:
  1. Kebermanfaatan dirinya bagi dirinya dalam menjalani kehidupan. Berbagai ilmu yang dipelajarinya serta pembiasaan sikap dan perilaku baik yang dijalaninya pada masa pendidikan haruslah ekuivalen dengan peningkatan kualitas karakter baik (berpikir, bersikap, berprilaku, semangat dan daya tahan hidup, serta kecerdasan emosional [terutama memecahkan permasalahan hidup yang dihadapinya]. Dengan kata lain, lulusan madrasah haruslah memiliki kualitas hidup yang terus meningkat dan membaik, jujur, optimis, visioner, kreatif, serta tidak mudah menyerah dan putus asa.
  2. Keberterimaan Masyarakat terhadap lulusan madrasah. Lulusan madrasah haruslah diterima oleh masyarakat karena a) ia berprilaku baik, b) karena memberi manfaat kepada masyarakat.
  3. Studi lanjut ke jenjang lebih tinggi; Jika lulusannya dapat diterima di madrasah (sekolah) atau Perguruan Tinggi yang berkualitas baik pada jenjang selanjutnya, maka dapat diasumsikan bahwa siswa (lulusan) tersebut mempunyai kualitas baik. Jika siswa-siswa yang diterimanya berjumlah lebih dari 70% maka dapat diasumsikan maka kualitas lulusan bermutu baik, dan sekaligus dapat dikatakan bahwa sistem pendidikan dan PBM yang diterapkan di madrasah atau sekolah tersebut berkualitas baik. Hal ini pun harus diberi catatan bahwa pencapaian kelulusan siswa pada berbagai ujian dan sistem seleksi peneriman siswa baru dari sekolah barunya dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Indikator studi lanjutnya p
  4. Daya serap Dunia Kerja terhadap lulusan. Asumsinya adalah jika alumni Madrasah (terutama Madrasah Aliyah) mampu diserap oleh dunia kerja, tentunya yang sesuai dengan jenjang dan keahlian yang digelutinya, maka dapat dikatakan bahwa kualita alumni madrasah, baik individual atau komunal, adalah baik.
     Dua indikator pertama seringkali tidak dijadikan ukuran dari keberhasilan dari sistem pendidikan madrasah. Pertama, indikatornya bersifat abstrak dan seringkali subjektif. Kedua, pencapaian mutu seperti demikian dapat diperoleh di Pesantren, bahkan dapat diperoleh melalui pendidikan keluarga.Ketiga, derasnya informasi artifisial (dangkal) dan simplistis (menyederhanakan) tentang relevansi mutu lulusan dengan daya serap sekolah lanjutan (dan PT) serta dunia kerja.
    Sedangkan, dua indikator terakhir, seringkali) dijadikan sebagai ukuran (bahkan ukuran utama) bagi lulusan madrasah (sekolah), karena memiliki karakteristik yang berkebalikan dengan dua indikator pertama, yakni konkret, mudah dilacak dan diukur, serta mendapatkan prioritas promosi (propaganda) dari pemerintah maupun dari sekolah (Yayasan). Seringkali terdengar pendapat sebagian masyarakat Indonesia, "sekolah di sekolah X, lulusannya dapat diterima di sekolah-sekolah favorit atau mudah diterima bekerja di perusahan-perusahaan X dan Y".

Lulusan madrasah miliki keunggulan
      Dalam sebuah iklan layanan masyarakat, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof. Dr. H. Jimly Assiddiqi menyebutkan (atau lebih tepatnya mempromosikan) bahwa lulusan madrasah memiliki keunggulan dan daya kompetisi yang tidak kalah oleh lulusan sekolah (umum). Setelahnya, muncul pula beberapa alumni madrasah memberikan testimony, baik dari kalangan pengusaha, politisi, maupun pendidik, yang menyampaikan misi (pesan) yang sama bahwa kualitas alumni madrasah adalah terpercaya dan tidak perlu diragukan. 
      Pesan layanan masyarakat ini adalah bentuk promosi. Disebut promosi karena mereka dipesan oleh Departemen [Kementrian] Agama untuk mempromosikan Madrasah, agar masyarakat mempercayai kualitas sistem pendidikan Madrasah dan mempercayai kualitas alumni Madrasah.  Upaya ini adalah wajar atau tidaklah salah, bahkan baik untuk dilakukan. Dalam teroi komunikasi dan marketing, Promosi mutlak dilakukan, karena 1) supaya orang mengetahui "apa adanya", 2) supaya orang tertarik, 3) supaya orang memberikan kepercayaan, dan 4) supaya orang mau memasukkan anak-anaknya ke Madrasah. 
      Upaya serupa dilakukan pula oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf. Ia menegaskan bahwa lulusan madrasah memiliki berbagai macam keunggulan. Keunggulan itu antara lain lulusan madrasah siap untuk menjadi apa saja. (ummatonline.net -; dalam http://www.ummatonline.net/lulusan-madrasah-miliki-keunggulan diunduh pada tanggal 03 Oktober 2011, jam 9:45). Hal itu ia paparkan dalam sambutannya pada pembukaan Kompetisi dan Expo Madrasah 2009 di Stadion Gajayana, Malang (Rabu, 29 Juli 2009).  Ia menyebutkan bahwa "Jika Lulusan Madrasah jadi pemimpin, insya Allah, ia akan menjadi pemimpin yang adil, karena ia belajar al-Qur'an. Ia akan menjadi pengusaha yang jujur dan sukses, jika lulusan madrasah memilih jalan hidup sebagai pengusaha, karena ia belajar kejujuran, kemandirian, dan kreatifitas. Lulusan madrasah pun siap menjadi diplomat, karena kompeten dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, selain bahasa Indonesia dan bahasa daerah." 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar